WAKTU asar sudah tiba. Amat cerah hari petang itu. Langit tidak berawan, hening jernih sangat bagusnya. Matahari bersinar dengan terang, suatu pun tak ada yang mengalanginya. Lereng bukit dan puncak pohon-pohonan bagai disepuh rupa-nya. Tetapi lembah dan tempat yang kerendahan buram cahayanya. Demikianlah pula sebuah kampung yang terletak pada sebuah lembah, tidak jauh dari Bukittinggi. Dalam sebuah surau, di tepi sungai yang melalui kampung itu, kedengaran orang berkasidah. Suaranya amat merdu, turun naik dengan beraturan. Apa-lagi karena suara itu dirintangi bunyi air sungai yang mengalir, makin enak dan sedap pada pendengaran.Seakan-akan dari dalam sungai suara itu datangnya. Hilang-hilang timbul, antara ada dengan tiada.
"Akan menjadi orang laratkah engkau nanti, Midun?" ujar seseorang dari halaman surau sambil naik. "Bukankah berlagu itu mengibakan hati dan menjauhkan perasaan? Akhir kelaknya badan jauh jua karenanya." klik disini untuk download novelnya
Rabu, 02 September 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)